“I AM ALIVE WITH SELFLOVE”: Pentingnya Belajar Hidup dari Vitiligo
25 June 2022 - by Nadira Maurizka
COPY LINK

I AM ALIVE WITH SELFLOVE”: Pentingnya Belajar Hidup dari Vitiligo

 

Vitiligo kini banyak menjadi rujukan pada beberapa rumah sakit, terutama Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Sebagai makhluk sosial, penting bagi kita memahami dan belajar untuk hidup bersama vitiligo.

 

Vitiligo merupakan kondisi penyakit autoimun yang menyebabkan hilangnya melanosit (sel pigmen) pada kulit seseorang. Siapa sangka ternyata stress memiliki peran besar terhadap munculnya vitiligo ke permukaan kulit. 

 

Pada press conference menuju “World Vitiligo Awareness Month” yang dibuka oleh Gita Thomdean, selaku Corporate Brand Manager dari PT. Regenesis Indonesia, Dr. dr. Reti, SpKK (K), sangat menyambut baik kerjasama dengan PT. Regenesis Indonesia dan menyampaikan bahwa penanganan vitiligo saat ini masih menjadi tantangan karena masih jarang rumah sakit atau klinik yang mampu menangani perawatan vitiligo. 

 

Baca Juga:  Kisah Inspiratif Pejuang Vitiligo, Mencintai Diri Sendiri dengan Bersyukur

 

Beliau menambahkan bahwa bukan hanya terapi dan maintenance vitiligo saja yang dibutuhkan untuk pasien, tetapi juga kita sebagai masyarakat yang ada di sekitar sahabat vitiligo untuk ikut berempati.

 

Dalam press conference yang diselenggarakan melalui Zoom pada 22 Juni 2022 itu, PT. Regenesis juga turut mengundang Dr. dr. Reiva SpKK (K), M. Kes, sebagai dokter pemerhati vitiligo. Vitiligo memiliki patogenesis yang sangat kompleks, yang dalam bahasa dr. Reiva; layaknya puzzle. Banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan vitiligo, namun yang paling mempengaruhi adalah stress.

 

Menurutnya, untuk mengatasi stress itu sendiri, pasien harus memiliki pemahaman dengan belajar hidup bersama vitiligo. Dalam aksinya, dr. Reiva juga mengenalkan dengan sebuah grup bernama Vitihope  di bawah naungan PERDOSKI (Instagram: vitihope.id), yang merupakan singkatan dari vitiligo-Happy Optimistic-Pray-Empathy. 

 

Banyak sekali treatment dan pengobatan untuk vitiligo, tapi yang paling penting adalah acceptance dari diri sendiri dan dukungan keluarga. (…) Jadi semua vitiligans itu harus happy, optimis, selain itu kita harus berdoa, dan empati dengan sesama pasien-pasien vitiligo” ujarnya dalam press conference (22/6).

 

Bagaimana stress bisa mempengaruhi kemunculan vitiligo?

 

Stress pada vitiligo biasanya disebabkan oleh tampilan fisik pasien vitiligo yang berbeda dari kondisi kulit normal pada umumnya. Pada beberapa kasus, stress bisa muncul karena bullying  teman sekitar atau komentar teman kerja. 

 

Rasa stress mampu menghantarkan sinyal-sinyal sitokin proinflamasi (inflammatory cytokine) yang bisa membuat peradangan pada sel pigmen dan membuat vitiligo tambah parah. Stress juga melepaskan radikal bebas, berupa stres oksidatif yang menyerang melanosit sehingga ia tidak mampu memproduksi sel pigmen lagi.

 

Faktor Lain yang Bisa Meyebabkan Vitiligo

 

Selain kadar stres, vitiligo bisa disebabkan oleh banyak hal lain, di antaranya;

  • Faktor genetik
  • Hormon
  • Faktor lingkungan (teman-teman, keluarga)
  • Paparan sinar matahari yang berlebihan
  • Zat kimia
  • Infeksi virus herpes (pada beberapa kasus)
  • Makanan dengan kadar pengawet dan pewarna yang tinggi
  • Trauma benda tajam/tumpul berulang

 

Bisakah Vitiligo Dicegah?

 

Vitiligo bisa disebabkan oleh keturunan. Ketika orang tua memilki vitiligo, maka kecenderungan anak mereka bisa terkena vitiligo akan selalu ada. Memeriksakan anak-anak yang berpotensi memiliki vitiligo bisa menjadi langkah awal untuk penanganan dini. Jika kamu mulai melihat ciri-ciri vitiligo pada tubuh seperti bercak krem/putih, mukosa atau lendir sekitar bibir (pada anak-anak), dan uban yang disertai dengan area kulit rambut memutih, kamu bisa memeriksakannya ke dokter spesialis kulit terdekat.

 

Meskipun vitiligo bisa menurun, tapi bisa jadi ia tidak muncul sama sekali seiring berjalannya waktu. Apabila kamu memiliki kecenderungan untuk terkena vitiligo, kamu bisa menghindari hal-hal di bawah ini;

  • Menghindari makanan junk food yang memilki pengawet
  • Melakukan konseling dengan psikolog agar tidak stres
  • Membatasi paparan sinar matahari dengan memperhatikan UV Index dan selalu memakai sunscreen 
  • Menjalani pola hidup sehat dan seimbang.

 

 

Penyakit autoimun seperti vitiligo tidak bisa dihilangkan begitu saja. Berdasarkan penelitian dr. Reiva mengenai peranan vitamin D pada vitiligo, vitiligo bisa ditekan penyebarannya dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D, seperti sayur-sayuran hijau, susu, daging, dan juga makanan laut.

 

Baca Juga: Berapa Kali Sih Harus Pakai Sunscreen Dalam Sehari?

 

Berdasarkan webinar (25/6) dalam rangka "Vitiligo Awareness Month" pengobatan vitiligo masih terus berkembang hingga kini. Melalui penelitian terakhir dr. Reiva dengan dr. Santi Andayani, SpKJ, MMRS, ditemukan bahwa terapi untuk vitiligo akan jauh lebih baik apabila diiringi dengan pengobatan psikoterapi. Mengingat stres merupakan faktor utama dari penyakit vitiligo, melakukan konseling dengan dokter spesiali kejiwaan saat menjalani pengobatan vitilgo akan membantu pasien bangkit dari kondisinya dan belajar menerima diri sendiri. 

 

Berbicara tentang self-love, Zsazsa Caesar dalam webinar tersebut juga menyebutkan bahwa meskipun penerimaan dirinya atas vitiligo tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup panjang, Zsazsa bersyukur ia akhirnya menemukan momen untuk bisa menerima vitiligo.

 

Justru, setelah ia lebih menerima kondisi vitiligonya, Zsazsa merasa telah membuka lebih banyak pintu kesempatan yang belum ia temui sebelumnya. Selaras dengan pernyataan dr. Reiva, Zsazsa Caesar mengatakan dalam akhir webinarnya; vitiligo bukanlah akhir dari segalanya, kondisi ini malah menjadi sebuah anugerah untuknya. 

 

Saat ini kampanye Selflove Movement, sebagai program CSR PT. Regenesis Indonesia sudah mencapai 1700 anggota sahabat vitiligo. Pada tahun ke-2 ini, Ir. Emmy Noviawati, selaku Sales & Marketing PT. Regenesis Indonesia berharap wadah ini bisa menginspirasi teman-teman vitiligo lainnya untuk saling memberi semangat agar lebih percaya diri.

 

Tags :
Other Articles