Mengenal Lebih Dekat Vitiligo di Hari Vitiligo Sedunia
11 July 2025 - by Nadira Maurizka
COPY LINK

Mengenal Lebih Dekat Vitiligo di Hari Vitiligo Sedunia

 

 

Stigma terhadap vitiligo hingga kini masih cukup tabu di masyarakat. Di Indonesia sendiri, vitiligo kerap kali diasosiasikan pada berbagai mitos. Tentu saja hal tersebut tidak benar dan hal ini terus digaungkan oleh PT Regenesis Indonesia terutama pada Hari Vitiligo Sedunia sejak tahun 2021. Vitiligo merupakan kondisi di mana kulit kehilangan sel melanocytes dari lapisan epidermis yang menyebabkan munculnya bercak-bercak putih di kulit. Keberadaanya bisa membuat penderita vitiligo tidak percaya diri karena perbedaan warna kulit ini.

 

Dari banyaknya klinik kecantikan, masih sedikit yang memfokuskan treatmentnya untuk mengatasi vitiligo. Hal ini memang cukup sulit dilakukan mengingat penyebab vitiligo masih belum diketahui. Vitiligo kini dikategorikan sebagai penyakit autoimun yang bisa dialami oleh semua umur, laki-laki dan perempuan, dan segala etnis. Penelitian terbaru memperlihatkan, pasien perempuan lebih banyak (52%) dibanding dengan pasien laki-laki. Ini disebabkan karena lebih banyak perempuan yang merasa terganggu penampilannya karena mengalami vitiligo. Rutinitas untuk terus kembali ke rumah sakit untuk menjalani terapi perawatan vitiligo juga melelahkan secara fisik dan mental.

 

 

Baca Juga: Apakah Panu & Vitiligo Itu Sama? Cek Faktanya Di Sini!

 

 

 

Meruntuhkan stigma vitiligo bersama komunitas vitiligan

 

 

 

Selflove-movement-Regenesis.jpg

 

 

 

Baik mengobati atau menerima diri sepenuhnya dengan penuh syukur, pilihan para penderita vitiligo didukung penuh dalam komunitas ini. Komunitas jejaring yang diusung oleh Regenesis melalui akun Instagram @selflove_regenesis dan halaman Facebook Vitiligo Regenesis, kini sudah mewadahi hampir 3000 vitiligan dan keluarganya. 

 

Tahun ini, Corporate Brand Manager Regenesis, Apt. Gita Yohanna Thomdean, S.Farm, mengatakan bahwa tema selflove movement kali ini adalah “Selflove is My Superpower”. Acara ini disertai juga dengan pembagian buku kisah inspiratif 13 penyintas vitiligo yang menemukan kebahagiaan sejati dalam menerima kondisinya. Buku tersebut berjudul “Aku Beneran Bahagia” yang diusung oleh Soul Community, yaitu komunitas yang dibangun oleh penerima penghargaan MURI atas kontribusi beliau dalam bidang kesehatan mental di Indonesia, yaitu Bunda Arsaningsih.

 

 

 

President-Director-Regenesis-Bu-Emmy.jpg

 

 

 

2025 menjadi tahun ke dua Regenesis melangsungkan pertemuan tatap muka dengan komunitas vitiligan. “Kami ingin terus menjadi support system yang mengedukasi dan meruntuhkan stigma di masyarakat bahwa vitiligo adalah penyakit menular—padahal bukan” ujar Ir. Emmy Noviawati selaku Presiden Direktur PT Regenesis Indonesia dalam sambutannya di acara tahunan CSR Selflove Movement di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), 21 Juni 2025 lalu.

 

Hel tersebut pun direalisasikan dengan kehadiran para vitiligan dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Bogor, Bekasi, Karawang, Purwakarta, hingga Kediri. Para peserta acara juga membagikan kisah mereka dalam acara Selflove Movement ini. Salah satu peserta anak-anak, Nafisah (9 tahun) mengatakan bahwa komunitas ini membuatnya merasa memiliki keluarga baru yang berjuang bersama dan saling menguatkan. 

 

 

 

Menjadi support system yang baik untuk para vitiligan di Indonesia

 

 

Komunitas-selflove-movement-vitiligo-Regenesis.jpg

 

 

 

Meskipun vitiligo tidak memberikan rasa sakit secara fisik, para penyintas vitiligo membutuhkan dukungan psikis untuk bisa bertahan menjalani hidup yang berbeda dari mereka yang tidak memiliki kondisi vitiligo. Vitiligan tidak bisa bekerja sendiri mematahkan stigma tentang vitiligo, namun kita bisa bersama menyebarkan fakta tentang vitiligo dan berempati bersama vitiligan. 

 

Penderita vitiligo berisiko mengalami penurunan kualitas hidup dan masalah psikologis lain yang membuat mereka takut berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan membatasi keluar rumah. Hal tersebut bisa dihindari apabila semua orang saling mengingatkan untuk selalu memberikan dukungan moral untuk para vitiligan. Seperti membuat lingkungan kita menjadi lingkungan inklusif yang tidak membedakan fisik, memberikan ruang untuk vitiligan membagikan kisah mereka, dan terus berusaha menciptakan riset multidisiplin antara dermatologis, psikiater dan bidang lainnya untuk mencari cara mengatasi vitiligo di kemudian hari.

 

 

 

Baca Juga: Bisakah Vitiligo Sembuh Total?

 

 

 

Komunitas seperti Selflove Movement yang diinisiasi oleh Regenesis menjadi salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik lagi untuk para penyintas vitiligo di Indonesia. Mari bersama kita menjadi support system yang baik bagi para vitiligan di Indonesia. Selamat memperingati Hari Vitiligo Sedunia!

 

 

Referensi:

Global Vitiligo Foundation (2025). Diakses pada 2025. Vitiligo Facts.

Dewi, RP., Puspasari, NMI., Sumadewi, KT. (2025) Diakses pada 2025. Muhammadiyah Medical Journal: Relationship between Vitiligo Disease and Quality of Life of Patients at Sanjiwani Gianyar Regional General Hospital (6(1)).

National Library of Medicine (2023). Diakses pada 2025. Vitiligo.

Tags :
Other Articles