Description
Treatment
Skincare
Video
ASK DOCTOR
Keratosis Seboroik
written by Raesindy Dzufriana
Medical review by dr. Reeza Edward, Sp.DV
Last updated 10-February-2023

Apa Itu Keratosis Seboroik?

Keratosis seboroik merupakan suatu bentuk pertumbuhan kulit jinak non-kanker pada lapisan epidermis yang paling sering dijumpai. Kondisi ini sangat umum ditemukan pada segala tipe, warna kulit dan gender. Menurut British Association of Dermatologists mayoritas lesi mulai muncul pada usia 40-50 tahun dan dapat semakin bertambah, bahkan hingga ratusan jumlahnya seiring bertambahnya usia.

 

Keratosis seboroik dapat tumbuh di bagian tubuh manapun kecuali telapak tangan, telapak kaki dan mukosa, baik secara terpisah-pisah maupun bergerombol. Lokasi tersering adalah pada kulit kepala, wajah, leher, dada atau punggung. Kondisi ini tidak menular.

 

Baca juga: Bagaimana prosedur selama melakukan perawatan peeling?

Apa ciri-ciri keratosis seboroik?

Keratosis seboroik dapat muncul dengan gambaran berupa benjolan atau tumor yang menyerupai kutil atau tahi lalat dengan warna coklat muda hingga kehitaman, permukaan kasar atau kadang bersisik. Secara khas ia mudah dikenali dengan wujudnya yang terlihat seperti menempel pada kulit atau menyerupai tetesan lilin

 

Lesi awal yang kecil dengan diameter beberapa mm dapat luput dari pengamatan, relatif datar atau hanya sedikit meninggi dengan warna yang lebih muda. Sebagian lesi lain dapat tumbuh membesar hingga lebih dari 2.5 cm dengan penampakan yang lebih mencolok serta gelap sehingga membuat pasien terganggu ataupun khawatir.

 

Keratosis seboroik dapat dijumpai juga dalam beberapa varian klinis dengan bentuk yang beragam, seperti keratosis stucco, melanacanthoma, dan dermatosis papulosa nigra.

Apa penyebab keratosis seboroik?

Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti yang dapat menjelaskan proses terbentuknya keratosis seboroik. Peneliti menduga faktor penuaan dan genetik seseorang menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi. Munculnya lesi dalam jumlah banyak secara mendadak terkadang terjadi pasca luka bakar akibat sinar matahari (sunburn) atau dermatitis.

 

dermatitis-salah-satu-penyebab-keratosis.png

 

Teori lain mengemukakan adanya kemungkinan peran trauma/gesekan kulit berulang karena seringnya muncul lesi pada area lipatan kulit. Sebagian kasus lain melaporkan timbulnya lesi secara mendadak yang dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan kemoterapi dan antikanker tertentu, kehamilan, serta terapi hormon.

Apakah keratosis seboroik berbahaya?

Keratosis seboroik umumnya tidak berbahaya untuk kesehatan dan tidak menular. Kebanyakan pasien pada umumnya mengeluhkan terganggunya penampilan dan rasa percaya diri, terutama pada wajah ataupun lesi yang berukuran besar sehingga diduga berbahaya seperti kanker. Lesi yang tergesek dan iritasi dapat meradang sehingga mengganggu kenyamanan.

 

Pada kasus yang sangat jarang, erupsi keratosis seboroik dapat menandakan adanya suatu proses keganasan yang tersembunyi di dalam tubuh, yang paling sering yaitu adenokarsinoma gaster (lambung). Fenomena ini dinamakan tanda Leser-Trélat.

 

Meskipun bukan lesi pre-kanker, terkadang penampakan lesi dapat membingungkan karena menyerupai beragam kondisi lain baik jinak maupun ganas, seperti keratosis aktinik, veruka, nevus, hingga karsinoma sel skuamosa, sel basal hingga melanoma.

Setiap kasus yang mecurigakan sebaiknya ditindaklanjuti dengan serius serta tidak ditangani secara gegabah. Penegakan diagnosis pasti melalui serangkaian pemeriksaan lanjutan seperti dermoskopi hingga biopsi dibutuhkan untuk membedakan lesi yang jinak dengan ganas.

 

Baca juga: Siapa saja orang yang disarankan melakukan perawatan Laser CO2?

Bagaimana cara mencegah keratosis seboroik?

Tidak ada langkah spesifik yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya keratosis seboroik sepenuhnya. Menghindari paparan matahari berlebih serta memakai sunscreen secara teratur biasanya dianjurkan karena sebagian kasus diduga berhubungan dengan paparan matahari.

Apakah keratosis seboroik dapat hilang dengan sendirinya?

Lesi umumnya tidak hilang atau mengecil dengan sendirinya, bahkan dapat semakin bertambah banyak, menebal atau bertambah besar. Sebagian kecil kasus dilaporkan menghilang atau rontok dengan sendirinya dalam waktu yang lama. 

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Periksan Kondisi Kamu pada Dokter, Jika:

 

Mayoritas kasus tidak memerlukan pengobatan/tindakan medis khusus karena hanya mengganggu secara kosmetik. Kamu dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter apabila:

 

  • Lesi timbul secara mendadak dan dalam jumlah banyak
  • Disertai gejala radang, iritasi, nyeri, atau berdarah
  • Bertambah besar dengan cepat atau berbentuk mencurigakan
  • Ingin menghilangkan lesi secara permanen

 

 

Bagaimana cara menghilangkan keratosis seboroik?

Menghilangkan Keratosis Seborik

 

Meski bersifat jinak, tidak disarankan untuk mencoba menangani atau menghilangkan sendiri lesi tanpa pengawasan profesional medis maupun dengan cara-cara yang tidak terstandar. Jika menginginkan lesi untuk dihilangkan, terdapat beberapa metode medis yang dapat dipertimbangkan, seperti:

 

    • Laser, umumnya menggunakan tipe laser ablatif sebagai pilihan teratas seperti laser CO2 atau Er: Yag untuk menghancurkan lesi secara akurat dan tuntas. Berbagai Laser non-ablatif juga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif dengan tingkat keberhasilan bervariasi

 

    • Elektrokauterisasi atau bedah listrik dan kuretase, merupakan teknik bedah minor menggunakan energi panas dari gelombang listrik untuk memotong atau menghancurkan jaringan abnormal. Metode ini sangat efektif dalam membersihkan lesi dengan efek samping yang mungkin terjadi mulai dari hiperpigmentasi hingga timbulnya bekas luka. Nyeri biasanya diminimalisir dengan anestesi lokal.

 

    • Eksisi cukur, proses ini dilakukan dengan teknik pembedahan menggunakan pisau khusus untuk mengikis dan mengangkat lesi abnormal pada lapisan atas kulit.

 

    • Krioterapi atau bedah beku, merupakan teknik untuk menghancurkan lesi kulit dengan bantuan bahan kriogen, kebanyakan dengan nitrogen cair bersuhu dingin sekitar -210 hingga -195 derajat Celsius.

 

    • Chemical peeling, merupakan metode klasik yang dapat dipertimbangkan terutama untuk lesi yang kecil. Berbagai pilihan cairan kimia medis dapat digunakan, baik untuk area luas maupun fokal/tutul setempat untuk memicu proses eksfoliasi pada pertumbuhan kulit yang abnormal.

 

Lesi yang belum pasti, apalagi mencurigakan tidak boleh untuk langsung dihilangkan atau dihancurkan tanpa pemeriksaan terlebih dahulu. Oleh karena itu demi keamanan dan hasil yang memuaskan, lebih baik berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kulit dan kelamin untuk memastikan diagnosis, lalu menentukan pilihan tindakan yang paling tepat dan sesuai untuk kamu.

 

Jika kamu masih punya pertanyaan seputar keluhan kulit Keratosis Seborik, silakan tanya dokter disini ya!

Referensi

  • Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Seborrheic Keratosis
  • National Library of Medicine. Diakses pada 2022. Seborrheic Keratosis
  • American Academy of Dermatology Association. Diakses pada 2022. Seborrheic Keratoses: Diagnosis And Treatment


Recently Answered

Newest Question

Most Popular

Sort by
Helmy Ramdhani
07 Aug 2022
Category: Face Concerns
Topic: Keratosis Seboroik
Halo dok saya pernah melakukan treatment electro cauter Dan hasilnya cukup baik . Apakah Nisa dilakukan kembali treatment tersebut
Dijawab oleh: dr. Lulu Dwiarti Ningtias, Sp.DV
2 1
2 1
Dijawab oleh: dr. Lulu Dwiarti Ningtias, Sp.DV
Helmy Ramdhani
07 Aug 2022
Category: Face Concerns
Topic: Keratosis Seboroik
Halo dok saya pernah melakukan treatment electro cauter Dan hasilnya cukup baik . Apakah Nisa dilakukan kembali treatment tersebut
Dijawab oleh: dr. Lulu Dwiarti Ningtias, Sp.DV
2 1
2 1
Dijawab oleh: dr. Lulu Dwiarti Ningtias, Sp.DV
Helmy Ramdhani
07 Aug 2022
Category: Face Concerns
Topic: Keratosis Seboroik
Halo dok saya pernah melakukan treatment electro cauter Dan hasilnya cukup baik . Apakah Nisa dilakukan kembali treatment tersebut
Dijawab oleh: dr. Lulu Dwiarti Ningtias, Sp.DV
2 1
2 1
Dijawab oleh: dr. Lulu Dwiarti Ningtias, Sp.DV



Other Articles