Description
Treatment
Skincare
Video
ASK DOCTOR
Inkontinensia Urin
written by Raesindy Dzufriana
Medical review by dr. Reeza Edward, Sp.DV
Last updated 04-November-2022

Pengertian Urinary Incontinence

Urinary Incontinence atau Inkontinesia urin berdasarkan definisi dari International Continence Society adalah kehilangan cairan urin secara tidak dikehendaki atau disengaja (involunter) yang merupakan suatu masalah baik sosial maupun higienitas pada penderitanya. Kondisi inkontinensia urin umumnya jauh lebih sering terjadi pada wanita, namun di atas usia 80 tahun, tingkat kejadiannya sebanding antara pria dan wanita. Inkontinesia sendiri bisa merupakan suatu gejala yang dikeluhkan oleh pasien sendiri, sebagai tanda yang terlihat atau dibuktikan melalui pemeriksaan khusus, maupun bagian dari suatu kondisi medis atau kelainan tertentu.

 

Baca juga: Kapan hasil perawatan Laser CO2 terlihat?

Apa saja gejala inkontinensia urin?

Gejala utama yang akan membawa pasien kepada Dokter adalah leakage atau kebocoran urin. Keluarnya urin secara tidak terkontrol (enuresis) dapat berupa tetesan / dripping yang jumlah sedikit hingga banyak, dan kejadian ini dapat dipicu oleh berbagai faktor tergantung dari tipe inkontinensia yang diderita, seperti pada saat berolahraga, aktivitas berat, batuk, tertawa hingga bersin. Gejala lain yang terkadang menyertai berupa rasa urgensi atau keinginan untuk buang air kecil yang tidak mampu tertahankan atau seringnya seseorang harus bangun di malam hari (nokturia). Gejala-gejala ini dapat berlangsung transien (sementara) maupun kronis.

Apa saja jenis inkotinensia urin?

 Jenis Inkotinensia Urin

 

Inkontinensia urin secara garis besar diklasifikasikan lebih jauh ke dalam 4 tipe utama: Stress, Incontinence Urge Incontinence, Overflow Incontinence, Mixed incontinence, ditambah 1 tipe tambahan yaitu Functional. Tipe-tipe yang berbeda ini merepresentasikan ciri dan gejala hingga faktor pencetusnya masing-masing yang khas.

 

  • Stress Incontinence, terjadi ketika otot-otot dasar panggul yang bekerja bersama sebagai pengatur berkemih sudah lemah dan tidak mampu lagi memberikan support yang cukup bagi organ-organ dalam panggul. Tipe ini berciri khas keluarnya urin secara tiba-tiba ketika seseorang melakukan aktivitas seperti seperti batuk, bersin, tertawa keras, melompat, berolahraga, mengangkat beban hingga melakukan hubungan seksual

 

  • Urge Incontinence, ditandai dengan rasa urgensi untuk berkemih yang intens dan seringkali tidak dapat ditahan hingga penderita tiba di toilet. Kondisi ini bisa terkait dengan kandung kemih overaktif atau overactive bladder (OAB), yang dapat disebabkan berbagai hal mulai dari kelemahan otot panggul, kerusakan saraf, infeksi, rendahnya kadar hormon estrogen pasca menopause atau berat badan berlebih. Beberapa obat dan minuman yang mengandung alkohol dan kafein juga berpotensi memicu OAB.

 

Baca Juga: Jenis-jenis Flek Hitam yang Harus Kamu Ketahui

 

  • Overflow Incontinence, secara khas ditandai dengan keluhan dari pasien yang merasa tidak puas / tuntas ketika buang air kecil (“anyang-anyangan”). Pada kondisi ini pasien tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan semestinya, sehingga dari waktu ke waktu sisa urin akan keluar dengan menetes / dripping. Tipe ini lebih sering terjadi pada penderita penyakit kronis seperti multiple sclerosis (MS), stroke hingga diabetes atau pada pria dengan ukuran prostat yang besar.

 

  • Mixed incontinence, terjadi karena banyak faktor yang merupakan kombinasi dari berbagai masalah medis yang mendasari, misalnya gejala stress incontinence yang bersamaan dengan overactive bladder.

 

Kasus inkontinensia urin merupakan ranah dokter spesialis, sehingga ketika Anda merasakan gejala-gejala tersebut mengganggu kehidupan Anda sehari-hari, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri. Untuk menentukan diagnosis, tipe, hingga rencana manajemen Anda, Dokter akan menanyakan dan menggali riwayat lengkap seputar kesehatan Anda, melakukan pemeriksaan fisik panggul, hingga pemeriksaan penunjang ketika dibutuhkan seperti uji analisis urin, ultrasonografi, pad test, stress test, hingga uji-uji urodinamika hingga sitoskopi.

Apa penyebab dan faktor resiko inkontinensia urin?

Inkontinensia urin tidak dipandang sebagai suatu penyakit karena kondisi ini tidak memiliki satu penyebab yang pasti, melainkan kombinasi dari berbagai faktor dan kondisi lain yang pada akhirnya mengganggu fungsi dan kerja komponen-komponen yang bersama-sama terlibat dalam proses berkemih.

 

Wanita jauh lebih berisiko untuk mengalami gangguan ini karena terkait faktor kehamilan, persalinan, dan menopause yang semuanya melemahkan otot panggul. Beberapa faktor lain yang berpengaruh pada terjadinya inkontinensia urin diantaranya:

 

  • Proses penuaan yang mempengaruhi kinerja otot dan organ
  • Faktor genetika atau keturunan
  • Infeksi saluran kemih 
  • Konstipasi atau sembelit
  • Kondisi atau penyakit kronis : Diabetes, Stroke, Sklerosis Multipel, pembesaran prostat
  • Prosedur medis tertentu misal pasca operasi prostat
  • Obat-obatan tertentu seperti diuretika dan antidepresan

Apakah inkontinensia urin berbahaya?

Meskipun kondisi ini bukanlah suatu penyakit yang berat atau membahayakan, inkontinensia urin merupakan suatu kondisi yang dapat sangat berdampak pada kualitas hidup pasien. Terganggunya proses berkemih yang normal tidak hanya akan menyebabkan rasa tidak nyaman, namun juga sederet konsekuensi lainnya semisal komplikasi pada kulit sekitar area sensitif, terhambatnya aktivitas dasar sehari-hari, belum lagi dampak secara sosial dan psikologis seperti rasa malu karena mengompol dan menimbulkan bau pesing pada pakaian. 

Apakah inkontinensia urin dapat dicegah?

Terjadinya inkontinensia urin tidak bisa selamanya dihindari, meski demikian ada beberapa pola kebiasaan hidup sederhana yang dapat Anda lakukan sehari-hari untuk menurunkan risiko, seperti:

 

  • Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh secara keseluruhan
  • Mempraktikkan latihan otot dasar panggul
  • Mengurangi atau menghindari konsumsi iritan kandung kemih : makanan asam, alkohol dan kafeine
  • Mengkonsumsi lebih banyak serat
  • Mengurangi atau berhenti merokok

  

Baca juga: Apa saja Manfaat perawatan Botox?

Bagaimana Cara Mengatasi Inkontinensia Urin?

Inkontinensia urin merupakan kondisi yang kerap luput dari diagnosis atau diabaikan saja bahkan oleh penderitanya. Sebagian lain beranggapan kondisi ini adalah proses yang normal terjadi ketika beranjak tua, padahal seharusnya kondisi ini bukan menjadi penghalang siapapun untuk tetap aktif dan menjalani hidup dengan normal. Ketika seseorang sudah terlanjur mengalami gangguan, pendekatan pertama dalam manajemen inkontinensia urin adalah melalui intervensi non-farmakologis (tanpa obat-obatan), yaitu perbaikan gaya hidup yang dimulai dari langkah-langkah sederhana seperti:

 

  • Memperbaiki kualitas asupan dan pola makan dan minum : menambah porsi air putih dan serat, mengurangi alkohol, kafein, minuman berkarbonasi, pemanis buatan, produk coklat, makanan tinggi gula, asam atau pedas
  • Mengatur berat badan lebih ideal

cara-mencegah-inkontensia-berat-badan.png

  • Memperhatikan konsumsi obat-obatan seperti beberapa golongan antihipertensi, penenang, hingga vitamin C dosis tinggi
  • Mengurangi rokok

cara-mencegah-inkontensia-urin-rokok.png

 

  • Mengurangi kebiasaan menahan buang air kecil terlalu lama
  • Memulai kebiasaan untuk mengosongkan kandung kemih secara berkala/terjadwal tanpa harus menunggu rasa ingin buang air kecil atau sebelum tidur, bekerja / melakukan aktivitas fisik termasuk berolahraga
  • Menghindari aktivitas fisik tertentu seperti mengangkat beban terlalu berat
  • Melakukan latihan otot dasar panggul seperti latihan Kegel yang dapat dilakukan di rumah

 

Cara Mengatasi Inkontinensia Urin dengan Perawatan:

 

1. Terapi dan Prosedur Medis

Terdapat beberapa pilihan terapi untuk membantu meringankan gejala sampai mengatasi masalah yang mendasari terjadinya inkontinensia. Pilihan-pilihan yang ada sangat tergantung dari tipe dan derajat keparahan, ketersediaan alat, serta preferensi pribadi pasien misalnya untuk tindakan yang non-invasif hingga invasif atau operasi.

 

2. Pengobatan farmakologis

Pada sebagian kasus, Dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengurangi gejala inkontinensia seperti golongan antidepresan, antimuskarinik atau antikolinergik yang digunakan untuk menstabilisasi kontraksi otot kandung kemih, atau sebaliknya pada kasus lain otot harus dibuat rileks agar dapat dikosongkan dengan tuntas. Terapi hormon dapat dipertimbangkan untuk sebagian kasus yang terkait menopause

 

3. Terapi non- dan minimal invasif

Fisioterapi otot panggul dapat membantu sebagian pasien, dengan atau tanpa dikombinasikan dengan alat medis tertentu seperti mesin neuromodulasi, biofeedback atau elektromagnet. Anti-incontinence device, bulking agent dan vaginal insert yang dimasukkan langsung ke dalam saluran vagina atau uretra juga terkadang disarankan untuk kasus-kasus tertentu.

 

  • Laser medis  

CO2 dan Erbium : YAG merupakan laser fraksional yang bertindak langsung pada dinding vagina  yang dapat memproduksi kolagen, regenerasi jaringan, serta meningkatkan elastisitas sehingga membantu memperbaiki gejala inkontinensia dan memperkuat struktur pelindung panggul. Penggunaan dan bukti ilmiah penggunaan laser untuk inkontinensia urin masih terus diteliti dan dikembangkan hingga kini.

 

  • Injeksi toksin botulinum

Perawatan dengan toksin botulinum tidak hanya dapat dilakukan untuk rileksasi otot dan kerutan wajah saja. Injeksi dengan teknik yang spesifik dapat dilakukan ke dalam otot kandung kemih yang terlalu aktif dengan upaya mengencangkan otot dinding pada vagina dan membantunya lebih rileks saat ada tekanan dari kandung kemih

 

  • Prosedur bedah

Prosedur bedah masih dianggap sebagai solusi standar yang betul-betul mengatasi masalah inkontinensia pada kasus-kasus tertentu, terutama dengan faktor penyebab yang jelas diidentifikasi atau kasus derajat berat. Terdapat berbagai teknik bedah dan modifikasinya, masing-masing dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Kamu sebaiknya mengkonsultasikan hal ini secara mendalam dengan dokter urologi, kandungan dan kebidanan atau sub-spesialis di bidang uroginekologi.

 

Jika kamu masih punya pertanyaan seputar keluhan Inkontinensia Urin, silakan tanya dokter disini ya!

Referensi

  • Urology Care Foundation. (2021). Stress Urinary Incontinence (SUI)
  • NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Urinary Incontinence.
  • Medical News Today. (2017). Urinary incontinence: What you need to know
  • Cleveland Clinic (2019). Diseases. Urinary Incontinence.
  • Susan Johnston. Mayo Clinic. (2019). How do bladder Botox injections work?
  • Mayo Clinic. Urinary incontinence


Recently Answered

Newest Question

Most Popular

Sort by



Other Articles